Masihkah kita berfikir bahwa Syiah adalah cabang dari Islam? Demi ALLAH mereka adalah orang-orang zalim berkedok Islam, bahkan mereka lebih kejam dari Yahudi, karena sudah rahasia umum Sejarah Syiah muncul dari seorang yang bernama Abdullah bin Saba sang Rabi Yahudi dan yakinkan bahwa Syiah adalah agama ciptaan manusia, sungguh SESAT dan NERAKA ancaman bagi para pengikut-pengikutnya jika tidak bertobat. Bila perang di mulai akan KUGOROK PARA HAMBA2 SYIAH DI INDONESIA ini.
Dan berikut ini adalah kisah NYATA yang dihasilkan bila masih berpikir menghiraukan ancaman keberadaan Syiah di Indonesia.
SURIAH kembali hadapi penderitaan berat akibat perang yang terjadi di negara mereka. Belum lagi cuaca dingin yang ekstrim membuat mereka harus bertahan ekstra.
Kelaparan dan kekurangan bahan bakar membuat warga Suriah berbondong-bondong mengungsi ke Iraq Utara untuk bertahan hidup dalam cuaca yang ekstrim. Dengan keberanian yang tinggi, warga Suriah berjalan dan mempertaruhkan nyawa demi mendapatkan yang dicari.
Tim wartawan Anadolu Agency (AA) menampilkan penderitaan warga Suriah yang tinggal di sebuah desa kecil, dengan cuaca dingin dan bersalju. Banyak warga Suriah yang tinggal di desa kecil ini, termasuk bayi berumur satu tahun.
Warga Suriah yang bisa mencapai desa-desa di wilayah Zummar, sekitar 60 kilometer jauhnya dari Dohuk-Iraq Utara. Mereka berlindung di bekas reruntuhan rumah dan mencoba untuk melawan dingin dengan sisa pakaian yang terbakar dan bantal bekas.
Sementara anak-anak terlihat menggigil kedinginan, terlihat juga ibu dan ayah yang melindungi bayi mereka di bawah hangatnya selimut. Ada pancaran kebahagiaan, karena kini mereka tinggal di lingkungan yang aman-cukup jauh dari konflik.
Ada pemandangan yang cukup membuat hati miris, terlihat jelas begitu besar tragedi yang terjadi. Para lansia yang lemah terlihat kelelahan dalam perjalanan, anak-anak berjalan dengan kaki telanjang di atas lumpur dan tanah dingin, wanita berjalan hanya dengan sandal, wanita muda mencoba untuk melindungi bayi mereka dari dingin, ada juga anak-anak yang pakaian dan rambutnya sebagian membeku dan mereka tengah memanaskan kembali makanan mereka di atas api.
Salah satu pengungsi Suriah, Thoha Amin mengatakan bahwa situasi di Suriah tidak lagi tertahankan.
“Kami tidak dapat menemukan bahan bakar atau roti. Setelah konflik yang terjadi tidak juga berhenti, kami sekarang dihadapkan dengan kelaparan,” tegas Amin.
“Hanya ada satu pilihan untuk kami dapat bertahan hidup dari kelaparan dan cuaca dingin yang membeku, berlindung di negara lain,” tuturnya.
“Kami berjalan puluhan kilometer dengan mempertaruhkan nyawa dalam cuaca dingin. Kami harus berjalan tanpa alas kaki, karena sepatu kami rusak oleh cuaca ekstrim itu,” tambah Amin.
“Bashar al-Assad yang harus bertanggung jawab atas tragedi ini,” tegasnya.
“Tuhan akan menghukum mereka yang bertanggung jawab atas tragedi ini. Tidak ada yang ingin meninggalkan rumahnya atau berjalan bersama dengan keluarga dan bayi mereka dibawah cuaca dingin. Semua orang sedih karena harus meninggalkan rumah mereka, tapi kami harus meninggalkannya jika ingin bertahan hidup. Saat insiden pertama kali dimulai, orang-orang bisa melarikan diri menggunakan mobil. Tapi kini, semua mobil sudah rusak dan kami terpaksa harus berjalan kaki,” tambah Amin.
“Kami sangat kelelahan. Kami hanya berhenti sesekali di desa untuk beristirahat dan mengeringkan pakaian kami. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Zaho dengan mobil atau berjalan kaki,” terang Amin.
Sejak insiden di Suriah dimulai, lebih dari 60.000 warga Suriah mengungsi di Dohuk-Iraq Utara, Irbil dan kota Sulaimaniyah. Lebih dari 30.000 warga Suriah kini tinggal di sebuah kamp di Dohuk di bawah tenda-tenda. Pemerintah daerah di utara Irak, mengizinkan warga Suriah untuk menyewa rumah dan bekerja di wilayah tersebut. Namun, sebagian besar dari warga Suriah masih bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup.