Sebagian ulama menggambarkan kematian dan saat saat menjelang ajal bahwa rasa sakit yang dialami dalam detik detik sakaratul maut tidak ada yang mengetahui secara pasti kecuali orang yang pernah mengalaminya. Bagi yang belupernah mengalaminya hanya mengetahui dengan membandingkan rasa sakit biasa yang ia ketahui.
Kepedihan naza’ (Saat nyawa dicabut) menghujan pada nyawa itu sendiri sehingga merasuk ke dalam seluruh bagiannya, keseluruh nadi, saraf, ruas, rambut, kulit , dan dari ujung kepala hingga telapak kaki. Kiranya, rasa sakit yang dia lalui pada saat nyawa dicabut dapat dikatakan lebih dasyat dari syatan pisau, atau gergaji atau cabikan senjata apapun. Sebab rasa sakit yang diakibatkan senjata atau alat tersebut datangnya dari adanya nyawa dalam diri manusia.
Maka dapat dibayangkan bagaimana jika yang dicabut dan diambil itu adalah nyawa itu sendiri?
Orang yang terkena senjata tajam dapat berteriak dan menjerit disebabkan ada kekuatan yang tersisa dalam hatinya dan lidahnya. Akan tetapi orang yang sedang dalam sakaratul maut terputus suaranya dan kekuatannya melemah lalu menghilang, sebab kepedihan yang ada telah mencapai puncaknya dalam hatinya dengan kepedihan yang sangat sehingga mengalahkan kekuatan pada sekijur tubuhnya. Oleh karena itu, dia tidak mampu lagi memberi isyarat dengan anggota badannya itu untuk meminta pertolongan.
Mental pada saat sakaratul maut menjadi hilang oleh karena rasa sakit, lisan menjadi bisu, organ tubuh menjadi lemah, seandainya mampu bereaksi, orang yang sedang dalam keadaan menjelang ajal akan mengeluarkan suara rintihan dan jeritan serta reaksi lainnya, akan tetapi dia tak mampu melakukan.
Kekuatan tersisa pada saat naza’ hanya mampu memberikan isyarat berupa suara yang tersendat dalam tenggorokan dan dadanya, raut mukanya berubah, rasa sakit merata di sekujur tubuh menjalar ke bagian atas keningnya, lidah memendek tertarik kedalam, kuku jari jarinya memucat, lalu seluruh organ tubuhnya tidak berfungsi lagi secara perlahan. Pertama tama kedua kakinya menjadi dingin kemudian kedua pahanya, Masing masing organ tubuh mengalami sakaratul maut demi sakaratul maut dan derita demi derita hingga mencapai tenggorokan. Pada saat itu pandangannya terputus dari dunia dan keluarganya. Pintu taubat pun tertutup dan sia sia lah penyesalan dan keluhan serta ratapan…